Diluar berita yang menghebohkan dunia
per-KORUPSI-an Indonesia,yakni dengan adanya statement dari ketua
DPR-RI,Bapak Marzuki Ali,tentang pemberian maaf pada koruptor dan
pembubaran KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang menuai
pro-kontra,atau tentang gembar-gembor dunia sepakbola,dan banyaknya
liputan khas bulan Ramadhan,beberapa waktu lalu saya dikejutkan sebuah
berita (haaaahhhh,,,,/ekspresinya kayak sule).Dua Ormas di Depok
terlibat pertempuran sengit dengan sebab yang katanya bermula dari
pembakaran posko salah satu ormas.Prihatin juga sebenernya menyaksikan
kejadian ini,kok ya bisa sama-sama orang Indonesia bentrok.Saling bakar
posko,kendaraan bermotor,saling pukul antar anggota OrMas, hingga
penghakiman massal.Saya cukup mempertanyakan fungsi OrMas yang ditulis
dalam buku Sosiologi kelas 1 SMA saya (Mohon Maaf buat
Pak Sofyan Agung EdiWibowo {Pengajar sosiologi kelas 1 SMA saya},bukannya saya nggak percaya penjelasan bapak,,,hehehe).
Dalam
buku itu ditulis bahwa OrMas berfungsi sebagai lembaga pengawas dan
kontrol sosial Non politik,tapi kalo udah kayak gini saya benar-benar
bertanya.Benarkah OrMas sebagai lembaga pengawas dan kontrol
sosial,sedangkan mereka sendiri tidak dapat mengontrol diri mereka
sendiri ketika bernaung dibawah bendera OrMasnya.Terus,kalo udah
terlanjur rame,gimana nggak mau jadi politik urusannya???.Lha wong Pak
Presiden kita (Pak SBY) sampe angkat bicara dan mengeluarkan wacana
pembubaran OrMas pemicu kericuhan beberapa bulan yang
lalu.Lantas,efektifkah jikalau wacana ini benar-benar diterapkan??
Wallahualam,hanya Tuhan yang tahu.Pasalnya yang suka ricuh dan ribut
bukan Cuma oknum OrMas tetapi juga warga yang terkena demam keributan
dan kericuhan seperti yang terjadi di Joha Baru,Menteng,dan Tanah Kusir.
Pikiran saya benar-benar
berkecamuk (jjiiiaaahhh kayak ngerti aja!!!),Haruskah OrMas pemicu
kericuhan dibubarkan??? Kalo jawaban saya sendiri sih,IYA,sudah
sehausnya OrMas pemicu kericuhan dibubarkan (Khusus pemicu
kericuhan,yang nggak atau belum pernah ricuh jangan tersinggung).Tapi
hanya untuk yang pemicu kericuhan,kalo yang santai aja ya nggak usah
!!!.Takutnya,jika semua OrMas dianggap pemicu kericuhan dan
dibubarkan,akan hilanglah satu lembaga pengawas dan kontrol sosial
(Selain Media tentunya).Lebih ngerinya lagi,kalau-kalau (Cuma berandai-andai)
akan memicu terbentuknya Rezim Orde Baru sesi 2 (yah dikira
sineton,pake sekuel segalla,,ckckck).Pemerintah sudah deperti Raja,media
dibungkam,OrMas dianggap pembangkang,pokoknya negara udah punya
gue,yang lain mah ngontrak.
Negara ini Negara Demokrasi,segala
permasalahan bisa diselesaikan dengan musyawarah dan mufakat seperti
yang ada dalam sila keempat Pancasila (sampai-sampai para koruptor bisa
touring LOS-LOSan,,,cukup dengan kata Udah damai ajalah pak!!! ).Tak
perlu lempar batu,bakar spanduk atau nyolong jambu (?? Kagak nyambung)
untuk menyelesaikan masalah ini,mungkin kita cuma perlu duduk
berdampingan,bicara dari hati ke hati layaknya ayah dan anak.Mencari
jalan terbaik tanpa ada yang akan merasa di-Dzolim-i pada akhir
cerita.Nah sekarang semua keputusan ada ditangan anda Pak BeYe (maaf Pak
kalau saya nggak sopan,,,,plaakk).Bapak mau membubarkan,memberi jalan
agar mereka bisa berjalan berdampingan atau malah bapak biarkan???.
Semua terserah bapak,karena ditangan bapak-lah negeri kami ini akan
mengarungi lautan nasib kedepannya.
NB
: Saya membuat tulisan ini bukan dalam posisi sebagai pengamat
politik,anggota OrMas,Sosiolog,Psikolog atau posisi apapun yang
memojokkan satu pihak dan membuat posisi pihak yang lain merasa
terpojok.Tulisan ini adalah opini saya pribadi dalam posisi saya sebagai
waga Negara Indonesia yang ingin melihat Negaanya damai tanpa
perselisihan yang harus menumpahkan darah (Kecuali dalam INDONESIA RAYA
karena Indonesia adalah Tanah Tumpah Darahku)
0 komentar:
Posting Komentar