perkenalkan, nama saya adalah Anto Agung Pratama dan di dunia blog,facebook dan twitter saya menggunakan nickname Mbahe Ariel. Bukan bermaksud meniru nama vokalis grup band peterpan dan noah itu,tapi ada kisah unik dibalik pemilihan nickname itu,setelah postingan ini akan saya posting mengapa saya menggunakan nickname mbaheariel.
Saya adalah seorang Office Boy di sebuah klinik swasta di kawasan Tangerang Selatan, sejak pertama kali datang di tahun 2010. Saya berasal dari sebuah dusun kecil di Kabupaten Nganjuk bernama dusun Wates. dusun Wates terletak sekitar 6 kilometer sebelah barat pusat Kabupaten Nganjuk, dusun kecil ini merupakan anggota dari Desa Balongrejo. Desa Balongrejo memiliki 4 dusun dalam wilayah pemerintahannya yakni dusun Gawok,Dusun Kepuhtelu serta Dusun Wates.
|
Akses jalan menuju desa Balongrejo dari arah Nganjuk
Photo : Anto Agung Pratama |
|
|
Perbaikan Jalan serta tanggul kali di dekat desa Balongrejo
Photo : Anto Agung Pratama |
|
Kondisi jalan dari desa Balongrejo menuju Dusun Wates
Photo : Anto Agung Pratama |
|
Suasana pesawahan yang mulai mengering usai panen, dari arah Dusun wates ke Desa Balongrejo
Photo : Anto Agung Pratama |
Mayoritas mata pencaharian ke-4 dusun itu adalah petani, hamparan sawah nan hijau membentang sejauh mata memandang. Selain bertani, adapula yang mengumpulkan kayu bakar yang dijual untuk dipergunakan warga desa. Yap, seluruh wilayah ini sebenarnya telah mendapatkan jatah tabung gas Elpiji 3kg namun karena alasan biaya dan keamanan warga lebih memilih menggunakan kayu bakar. Penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar ini didukung dengan letak geografis dusun yang berdekatan dengan hutan, jadi tak perlu membayar untuk mengambil kayu bakar.
|
Kondisi persawahan ketika musim panen.
Photo : Anto Agung Pratama |
|
|
Kondisi persawahan ketika musim panen.
Photo : Anto Agung Pratama |
Namun, selain mengambil kayu bakar ramai pula beberapa warga yang melakukan pembalakan liar.Pohon jati jadi buruan utama para penebang ini,selain pohon jati, Mohoni,Sono dan beberapa jenis pohon yang punya nilai jual tinggi pun di tebang .Sekitar 5 atau 6 tahun lalu, ada seorang penduduk yang tertangkap oleh Polisi Hutan,entah bagaimana kronologinya, ketika ia ditemukan oleh warga yang lain ia sudah dalam kondisi babak belur,ketika dibawa ke RSUD Nganjuk ia sempat koma sampai seminggu.
Kini, hutan di sekitar dusun telah memulai era baru, dimana para pamong
(Pejabat Desa) telah mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Nganjuk berupa bibit pohon.Selama penanaman dan perawatan, pamong desa menurunkan warga dan para pemuda untuk ikut beramai-ramai menghijaukan kembali hutan di dekat dusun, bahkan jika ada warga yang meminta bibit untuk ditanam di pekarangan rumahnya, bisa langsung ambil dengan seijin pamong.
oke, cukup dengan gambaran umum wilayah desa secara keseluruhan, mari saya ajak ke dusun yang saya tempati selama 17 Tahun terhitung semenjak saya lahir. ini gambar via google maps :
|
Dusun Wates via google maps |
Dusun Wates, begitulah orang menyebutnya, dusun kecil yang dikelilingi lahan persawahan inilah yang acap kali mengoyak rindu saya, rindu untuk kembali tinggal dan menetap di dusun ini, rindu dengan keramahan penduduk,rindu dengan keharmonisan yang terjaga,dan rindu-rindu itu kian kemari kian menumpuk.Namun adakalanya kita harus mundur dua atau tiga langkah agar bisa maju lebih jauh layaknya anak panah dan angry bird. Maka dari itulah saya saat ini masih mengumpulkan ilmu selama merantau, jika Allah mengijinkan, suatu saat nanti ketika saya kembali ke dusun ini saya akan jadi pengajar.
Narator : Paragraf dia atas adalah bagian dari curhat colongan !!
saya : *namparin naratror* *pake sajadah mushola*
Oke, jadi dusun kecil mungil ini punya satu hal unik, yakni ada satu mushola dan 2 masjid dalam satu lingkungan dusun.
Narator : uniknya dimanaa ??
saya : lagi di kamar mandi *tamparin lagi* *pake tali jemuran*
yang jadi bagian unik adalah jarak kedua masjid ini sangat berdekatan, tak lebih dari 150 meter, untuk masalah ini ulama dusun sudah sering berdiskusi,namun entah pemecahan masalahnya ketemu atau tidak saya kurang tahu.Dulunya, sebelum kedua masjid itu dibangun,seluruh warga dusun wates beribadah dalam satu tempat, yakni Mushola Al-Ikhlas, namun semenjak adanya 2 masjid baru, kegiatan ibadah pun menjadi terpisah,dan yang saya lihat ketika mudik lebaran kemaren ibadah yang tepisah namun dengan jarak yang dekat ini kok terasa seperti tidak harmonis,padahal sama-sama islam,padahal sama-sama satu dusun.
|
Musholla Al-Ikhlas Dusun Wates
Photo : Anto Agung Pratama |
|
|
|
Untuk masalah seperti ini, anak muda seperti saya cuma bisa melihat tanpa bisa ikut ambil bagian menyelesaikan kondisi rumit ini. Namun sebagai seorang anak yang lahir di dusun kecil ini, saya sangat ingin melihat seluruh masyarakat dusun harmonis layaknya dulu sebelum ada masjid, kalaupun ada opsi 2 masjid baru itu harus diruntuhkan,saya menyetujuinya asalkan bisa mengembalikan keharmonisan warga dusun,dan kembali menyatukan mereka dalam satu atap, Al-Ikhlas.
yaa sudahlah,, postingsn ini sakan saya tutup dengan galeri photo dengan setting tempat Kampung halaman saya,dengan harapan Allah memberikan yang terbaik untuk ke empat dusun itu.
|
Kebun Tebu yang bersanding dengan ladang padi
Photo : Anto Agung Pratama |
|
Musim Tanam Padi
Photo : Anto Agung Pratama |
|
Adapula petani yang menanam Kedelai
Photo : Anto Agung Pratama |
|
ini view dari belakang rumah Orangtua saya
Photo : Anto Agung Pratama |
|
Pekerja Traktor
Photo : Anto Agung Pratama |
|
Bawang merah yang tersiram senja
Photo : Anto Agung Pratama |
|
View Gunung Wilis ketika siang
Photo : Anto Agung Pratama |
|
Sampah dedaunan yang dibakar oleh Ibu saya
Photo : Anto Agung Pratama |
|
Gunung Wilis Ketika Pagi
Photo : Anto Agung Pratama |
|
Mentari di ufuk timur menyapa padi yang baru tertanam
Photo : Anto Agung Pratama |
|
Gunung Wilis yang kemerahan bermandikan sinar mentari pagi
Photo : Anto Agung Pratama |
|
Senja di Ladang Bawang
Photo : Anto Agung Pratama |
|
Tempat bersantai paling tepat,Teras Rumah
Photo : Anto Agung Pratama |
Dari Saya, Si anak kampung.
Rindumu sejatinya ialah senjatamu, Dan Doa-doamu ialah penajamnya.
Masih Asri Bro...
BalasHapusSemoga ada solusi buat masjidnya.... daripada diruntuhkan mending dialih fungsi jadi perpustakaan atau yang lain yang bisa bermanfaat juga
iya bro,, masih asri dan khas pedesaan,,
BalasHapusnuhun,, semoga saja cepat diselesaiklan,, ide bagus tuh bro kalo jadi perpustakaan,,
saya sih berharap yang terbaik buat dusun saya tercinta
Sudah lama tidak melihat sawah. Sejak pindah ke Jakarta. Dulu di Medan sih masih sering lihat kalau kita ke luar kota, kanan kiri sawah semua...
BalasHapusiya nih kak,, jakarta cuma ada hutan beton,
BalasHapussenangnya bisa memanjakan mata dengan pemandangan hijau nan asri... eeh, masih boleh bakar2 sampah tow hihi...
BalasHapusMechta : masih boleh kak,asal nggak bakar warung aja *eh*
BalasHapus