Apakah hidup kita dimulai sejak kita dilahirkan?
Atau kah, sebelum dilahirkan pun, kehidupan kita sudah dimulai?
Entah..... saya belum terlalu berpengalaman untuk menceritakan dan menerangkannya.
Tanggung jawab....
Dalam beberapa posting di blog ini saya sempat ceritakan betapa ngototnya saya ketika berusaha agar bisa menempuh pendidikan di bangku kuliah. Yap, bermodal ngotot, semangat dan nekatlah akhirnya saya berhasil duduk dan mengenyam pendidikan di lingkungan Universitas.
3 Bulan belakangan ini rasanya menjadi waktu tersulit hidup saya, beberapa hal mulai mempengaruhi semangat hidup saya untuk bekerja sekaligus kuliah. Di mulai dari sebulan sebelum ramadhan tahun ini, selama 4 tahun bekerja di tempat saya bekerja saat ini, belum pernah rasanya saya ingin keluar dan meninggalkan pekerjaan saya. Tapi mulai hari itulah hati saya sudah
'sreg' pengen cepet-cepet pindah dan mencari pekerjaan baru. Lagi-lagi dengan modal nekat, saya mulai memasukkan CV dan beberapa kali mengikuti interview, dengan status saya yang kuliah semester 2 jurusan Teknik Informatika saya coba untuk masuk menjadi staf IT, dan hasilnya gagal total. yap, semuanya !!
Momen pulang kampung selama lebaran kemarin jadi satu keuntungan buat saya, selain bisa silaturrahim dengan orangtua, sanak saudara hingga teman, saya juga bisa konsultasi dengan bapak yang sudah kenyang pengalaman. Hal pertama yang saya tanyakan dan mintai pendapat tentu saja mengenai pekerjaan. Kondisi saya yang masih betah dengan lingkungan pekerjaan saat ini, kemudian lokasi yang berdekatan dengan kampus menjadi pertimbangan beliau untuk menyarankan saya supaya menetap sementara waktu di tempat kerja saat ini. Tetapi beliau juga tidak menghalangi jika saya ingin mendapat tempat kerja baru dengan syarat apapun yang terjadi jangan sampai putus kuliah.
"Kalo ilmu sudah ditangan, dunia yang nyamperin, kamu nggak perlu repot ngejar. gaji kecil nggak masalah, yang penting cukup buat makan dan kuliahmu.", begitu wejangan beliau saat obrolan malam kami ditemani 2 cangkir kopi hitam pekat.
Tak hanya dengan orangtua, sempat juga obrolan tentang pekerjaan juga saya sampaikan pada kawan yang sudah berpengalaman (kawan saya bukan cuma yang seumuran, yang lebih tua banyak), dan hampir semua saran mereka sama, cari pekerjaan yang sesuai dengan disiplin ilmu, toh kalo kamu belum lulus minimal nantinya kamu jadi punya pengalaman di bidang itu.
Dan mengenai kuliah saya, orangtualah yang setia memberikan suntikan moral serta membesarkan hati saya untuk setia dengan proses. Bukan bermaksud sombong, meskipun biaya kuliah saya tanggung dengan gaji dari hasil kerja saya dan orangtua saya tidak mencampurinya tetapi beliaulah yang paling getol ngurusin, ngepoin bagaimana kuliah saya, apa nggak capek pagi kerja trus lanjut sore kuliah sampe jam 10 malem abis itu pagi jam 8 udah harus kerja lagi ? dan pertanyaan model ini selalu terulang dan terulang, utamanya dari ibu, dan dari sorot matanya saya bisa baca bahwa beliau amat sangat mengkhawatirkan diri dan kesehatan saya, untungnya
"kebohongan-kebohongan" manis yang saya lontarkan berhasil membuat beliau lebih tenang.
Finally, dengan segala rasa malas saya, saya harus bertanggung jawab atas apa yang telah saya mulai,
"sudah terlanjur basah,nyemplung sekalian", begitu kata bapak saya.
"Sudah terlanjur kuliah, berprestasi sekalian", mungkin begitu maksudnya.
Seorang lelaki tua dengan rokok kretek di tangannya pernah bertanya pada saya,
"Engkau masih muda, kenapa terburu-buru ingin sukses ?"
dengan enteng saya jawab,
"Wahai pak tua, aku ini pemuda yang pemalas, kelak ketika aku telah sukses dan bergelimang harta aku bisa bermalas-malasan sesuai keinginanku tanpa ada yang melarang."
-Anto Agung Pratama-
saat kita akan melangkahkan kaki..saat itu pula diri kita harus siap untuk menghadapi dan bertanggujawab akan apa yang akan kita jalani dalam langkah kehidupan kita....keep happy blogging always..salam dari Makassar :-)
BalasHapuswah menarik artikelnya,keep blooging
BalasHapushttp://goo.gl/R0FDEX