Memberontak Dengan Seni

Dengan mata tertutup pun saya bisa mengetahui bahwa bangsa ini (Indonesia .red) adalah bangsa yang kreatif sampai mati. Tengok saja contohnya, sampean pecinta motor tentu pernah ataupun sering berkunjung ke bengkel motor, apa saja yang sampean minta ke tukang bengkel ? bikin motor sampean lebih ringan tarikannya ? bikin pembakaran lebih maksimal ? apa minta diakalin supaya knalpot berisik yang pengen sampean pasang pas dengan mesin standar motor sampean ?
dari request sampean saja saya sudah bisa menebak bahwa si tukang bengkel akan memutar otak agar permintaan anda terwujud dan uang anda bisa menghidupi keberlangsungan bengkelnya. Kreatif bukan ? bahkan ia bisa memperhitungkan kecepatan motor settingannya tanpa alat-alat canggih.

Lagi, Sampean warga yang tinggal di daerah Yogyakarta,Surabaya,Bandung,Jakarta dan kota-kota besar lainnya pernah nggak melihat gambar seperti ini :

Sumber: airasia.com
Bukan,bukan becaknya. Tapi gambar yang ada di tembok sebagai latar belakang si bapak tukang becak. Yap, itulah yang biasa disebut graffiti atau kalau di luar negeri sana lazim disebut street art alias seni jalanan. Tipe seni seperti ini biasanya untuk menyuarakan "pemberontakan" terhadap pemerintahan atau terhadap suatu kelompok tertentu. Satu yang pasti, kelompok seniman yang membuat graffiti juga patut menyuarakan "pemberontakannya".

haha,kalo yang satu ini nylekit banget tulisan ditemboknya. Tuh kan apa yang gue bilang, kalaupun tak bisa menyuarakan kritiknya lewat media massa, para seniman tak kehabisan akal untuk tetap mengkritisi.
Yup,akan saya dengarkan aspirasi kalian jika saya bekerja untuk kalian.

Lain di Yogya lain pula di Jakarta, di ibukota negara ini kalian masih bisa menemui karya-karya para seniman jalanan di kolong jembatan, di tembok-tembok jalan terowongan atau ada juga di tiang-tiang penyangga jalan tol.

Tuh kan, makin ke bawah pilihan gambar gue tentang graffiti makin nyentil, takut ah ntar makin dilanjutin ada yang merasa kesentil.

Problema corat-coret fasilitas umum ini kian merajalela setelah tidak adanya tindakan khusus mencegah para kreator streetart bekerja. Bukan mutlak salah kreator streetart memang, tidak adanya ruang terbuka yang khusus disiapkan untuk anak muda kreatif juga ikut mempengaruhi penyimpangan yang terjadi. Pemerintah ? bah,mereka masih sibuk mengurus negara daripada mengurus kepada ia mengabdi, Rakyat.

Tak salah bukan jika saat ini Bos pemerintah,Rakyat, mengkritisi bawahan mereka dengan corat-coret fasilitas yang mereka berikan ?

Seni yang baik adalah ketika engkau melihatnya kau merasakan "ada Tuhan" didalamnya. ~Indro, Streetart Artist~

Hai, saya Admin blog ini, Anto !

Jikalau tulisan saya bermanfaat monggo share it ! ^_^

Comments

19 komentar:

  1. Ynag terakhir itu lho sangat menggelitik tapi nyata. Hahaha

    BalasHapus
  2. haha, para seniman emang lebih enjoy apa adanya mbak

    BalasHapus
  3. kalau mereka diberikan banyak ruang gerak untuk berkarya, saya rasa bisa menghindari coret2 sembarangan (seperti yang banyak kulihat coret2 ga jelas di tembok gedung).
    tapi buatku sih, asal itu nggak aneh" dan enak dilihat nggak masalah, yg penting pada tempatnya :))

    BalasHapus
  4. wah ini, sampean ki jan sangat perhatian sama dunia seni,padahal kaum marjinal rata-rata dianggap begundal dan pengrusak, sudut pandang sampean harus diterapkan itu ke semua orang,, ARS LONGA VITA BREVIS, Kehidupan bisa mati,tapi seni tetap jaya selama-lamanya

    BalasHapus
  5. Yah, meski mencorat-coret properti orang itu melanggar aturan buatku lebih baik begini daripada demo sambil bakar-bakaran, mana nyisain sampah yang gak dibawa pulang lagi, hahaha :D

    BalasHapus
  6. yup, setuju sama sampean mbak, sama-sama bikin kotor,tujuan sama, tapi imbas yang berbeda

    BalasHapus
  7. Grafitti memang keren, tapi dibalik kerennya, ada moralnya juga ya :)

    BalasHapus
  8. desain gerafis nya mantap mantap mas salam kenal

    BalasHapus
  9. wah, bagus banget gambarnya, ya? Aplagi yang terakhir, hehe...

    BalasHapus
  10. Elfrida | yap, keren dan nyentil tentunya

    kang Handri | iyak kang, apalagi yang di daerah jogja

    kang Ione | haha,, sing penting 20.000 duluu

    BalasHapus
  11. quotenya gak paham saiaa..... :'(

    BalasHapus
  12. haha,sebenernya saya juga paamnya cuma sedikit kang

    BalasHapus
  13. Waah gambar yg terakhir bikin greget... wkwkwk

    BalasHapus
  14. pemerintah? bah mereka sibuk mirin para koruptor,.. ettdah

    BalasHapus
  15. kang Yahya : wah bukan sekedar greget itu mah kan haha

    Mitrabibit : maklum, nyari yang ada duitnye

    BalasHapus
  16. Kayaknya gambar2 di atas namanya mural deh om... Kalo grafity itu biasanya abstrak dan hanya si pembuat yang paham apa yg digambar.

    BalasHapus
  17. wah iyak bener kang,cuma sampean yang tahu kesalahan dasar di posting ini *lalu ganti judul*

    BalasHapus
  18. akhir tahun kemarin ikut BN di jogja ga? Mas eko nugroho, pelukis dari Indonesia, malah diundang ke jerman utk bikin mural di sana. Lha di sini malah kurang dihargai.

    BalasHapus
  19. wah saya nggak ikut mas, ada UTS pas barengan acara BN,padahal pengen ikut.
    Streerart di luar negeri sebenernya nasibnya juga hampir sama kang,malah bisa dianggap perbuatan kriminal, cuma di sana ada orang-orang yang peduli dengan nasib para streetartist dengan menyelenggarakan festival, dan beruntungnya lagi masyarakat disana kondisinya juga sama2 jenuh dengan kritik-kritik yang disampaikan dengan cara yang mainstream, walhasil kritik via seni dianggap sebagai hiburan.

    BalasHapus