[CERBUNG] Kecoak Bujang #2

Kecoak Bujang #1

     Gelak tawa masih menghiasi kamar, riuh, riuh sekali keadaan rumah Acun dan Estelle hari itu. Puas bermain dengan keponakan-keponakanku itu, aku kembali ke ruang depan dan menghampiri Acun yang tengah terbengong sambil mulutnya tak henti henti menyemburkan asap.

"Hooee, kau ini Cun, anak-anak dan istrimu tengah bermain dengan gembira tapi kau malah terlihat sebaliknya, ada apa ?"

"Aah, macam tak tahu saja kau ini Ron, apa kau tak dengar kabar tentang koloni tikus yang menghabisi cadangan makanan kita di area 93 ?"

"Yap, aku sudah dengar, tapi tak mau terlalu aku pikirkan. Toh, esok para manusia akan tetap dan selalu memberikan stok makanan baru buat kita kan ?"

"Kau benar, tapi dengan adanya gerombolan tikus itu, usaha mencari makan kaum kita ini makin sulit saja."

"Tenang saja aku dengan perkumpulan serangga kaya telah membayar ular untuk membereskan para tikus itu. Sambil menyelam minum air, sambil mengusir tikus, ular-ular juga bisa makan."

"Yah, percayalah aku sama kau dan organisasimu itu."

     Acun kembali terbengong, namun kini ia telah berpindah ke taman. Gelas kopinya hampir kering, bungkus rokoknya pun tinggal berisi sebatang. Kuambil sebungkus rokok yang ada di saku belakangku dan kulembarkan tepat di wajahnya.

"Aaah, brengsek kau ini Ron." Sumpah serapah mengucur deras dari mulutnya, tapi kuacuhkan dia.

     Aku kembali kedalam rumah dan menemui Estelle untuk berpamitan.

"Kak, aku pulang yah"

"Lah, tumben cuma habis segelas kopi langsung pulang Ron ? Sibuk ?"

"Iya kak, ada sedikit urusan di organisasi."

     Aku bergegas, keponakan-keponakanku sedang tidur pulas. Acun masih saja tak berubah posisinya, ia masih melamun, namun kini ia tengah duduk diayunan. Lucu memang sepupuku ini, ia selalu bilang bahwa ia orang yang lemah terhadap ayunan, selain membuai, ayunan juga membantu membawanya lebih dalam kepada lamunan.

"Cun, pamit." Tak ada jawaban dari mulutnya.

     Kupercepat langkahku, dan baru saja keluar dari rumah Acun, kutemui Seruni yang tengah tergesa. Seruni adalah primadona kecoak betina di tempat tinggalku, ia adalah kembang desa, ia anak pak Sergei dan bu Juminah.

"Runi, mau kemana kau ? Buru-buru amat sih, tenang saja, takkan lari jodoh dikejar." Aku menyapanya.

"Eh, rupanya kau Ron, ibuku barusan nge-BBM, butuh bantuan katanya di pasar."

"Loh, bukannya ibumu kemarin sempat magang di organisasi ?"

"Iya, tapi tak betah katanya, serasa beku tulang belulangnya tiapkali kena tiup barang ajaib yang ada di gedung organisasi, lantas ibuku meminta kepada ayah untuk kembali saja ke pasar."

"Oooh" aku tak melanjutkan obrolanku dengan Seruni karena ia telah berlari sebelum sempat kutimpali omongannya.

     Oh ya, biar sedikit kuceritakan, beberapa waktu lalu aku sempat mengejar-ngejar Seruni, yah, betina cantik itu benar-benar meracuni pikiranku. Kumanfaatkan kedekatanku dengan pak Sergei untuk mendekatinya, tiapkali ada tugas kantor yang harus mendapat persetujuan pak Sergei selalu kupaksakan orang kantor untuk memberikan tugas itu kepadaku, biarpun itu sebenarnya bukan tugas utamaku. Dan bisa ditebak, intensitas pertemuanku dengan pak Sergei tenyata mempengaruhi Seruni. Pernah satu waktu candaan kulemparkan pada pak Sergei.

"Pak, barusan saya lihat bidadari dari dalam sana, ini sebenarnya rumah pak Sergei atau surga ?"

"Haha, ternyata benar apa yang kudengar dari orang kantor Ron"

"Apa itu pak ?"

"Otakmu akan menjadi cerdas mendadak setiap berjumpa betina hahaha"

"Hahaha, inspirasi pak inspirasi. Ngomong-ngomong itu tadi siapa pak ?"

"Ooh, itu anakku, Seruni, mau kenalan kau ?"

"weleh, nggak pak, nggak nolak maksudnya, heuheuheu"

"Runii, bawa minum sini untuk tamu bapak." Gilak teriakan pak Sergei ini macam tarzan saja.

     Tak lama berselang muncullah bidadari yang tadi sempat kulihat berseliweran didalam rumah pak Sergei. Dan, speechless saya dibuatnya.

"Silahkan mas dinikmati kopinya, ini biji kopi yang terbaik."

     Damn, masih juga belum selesai bengongku, ini sudah disuguhi senyum yang menyiksa batinku.

"Ron." kusodorkan tanganku

"Seruni" ia membalas jabat tanganku, pak Sergei yang sedari tadi jadi 'obat nyamuk' dalam perkenalanku dengan Seruni mendehem.

"Dasar anak muda"

     Usai pertemuan pertama itu, tiap kali ada kesempatan aku selalu menyambangi rumah pak Sergei untuk menemui Seruni. Dan dari situlah obsesiku untuk mendapatkan Seruni makin menjadi-jadi. Sampai pada suatu waktu kuberanikan diriku untuk menyatakan perasaanku padanya. Setelah beberapa rayuan maut kulontarkan, sampailah pada inti persoalan kusampaikan.

"Runi, parasmu cantik bagai bidadari dan makin cantik setelah kau hidangkan kopi ^_^"

"Apa maumu Ron, ucapkan saja, tak usah bertele-tele"

"Runi, untuk mendapatkan cintamu, gunung kan ku daki, lautan kan ku sebrangi, maukah kau menjadi detak bagi jangtungku, denyut bagi nadiku dan ibu dari anak-anakku ?"

"Aah, kau ini Ron, tak usahlah kau berjanji mendaki gunung dan menyebrangi lautan jika minum kopi panas saja masih kau tiup"

"Damn,, nolak sih nolak, mbok ya manis sedikit kek kata-katanya." batinku

     Usai hari itu kuurungkan niatku mendekati Seruni.

Bersambung.....

Hai, saya Admin blog ini, Anto !

Jikalau tulisan saya bermanfaat monggo share it ! ^_^

Comments

2 komentar: