Gemparnya Dunia Social Media Karena Trilogi Linimassa

Trilogi Linimassa ? pasti sebagian besar sahabat NotaGila bertanya-tanya apa itu linimassa, oke saya jawab.
Linimassa adalah judul sebuah film dokumenter tentang kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia yang telah berbaur dengan teknologi sosial media yang dirintis oleh ICT Watch dan WatchDoc. Dan di awal bulan Februari ini, Linimassa telah meluncurkan sekuel film dokumenter ketiganya, itulah alasan kenapa disebut Trilogi.
Berbarengan dengan diluncurkannya sekuel ketiga Linimassa, Internet Sehat,ICT Watch dan WatchDoc mengadakan acara NoBar alias Nonton Bareng secara serentak di 50 Kota tersebar di seluruh Indonesia. Relawan TIK Cianjur, Semarang, Bandung, Bojonegoro, SumBar, KalBar, Pare-Pare tercatat sebagai peserta nonton bareng massal ini. Dari kalangan Blogger ada Komunitas Plat-M (Madura), dBlogger (detik Blogger),serta Komunitas Blogger Magetan, namun tak hanya kalangan Relawan TIK dan Blogger yang meramaikan nobar di 50 kota ini, adapula komunitas kaskus, komunitas pengguna linux bahkan hingga para santri di pondok pesantren pun ada. berikut gambar yang tertangkap kamera :

Komunitas Plat-M Madura
Hak Cipta Foto : @slametux

Nonton Bareng di Samarinda
Hak Cipta Foto : @fajareridianto





Narator : loh, sampe segitu membludaknya ? apa sih istimewanya trilogi film dokumenter yang satu ini ?
Gue : jadi gini tor,,

Apa sih yang membuat film ini begitu diminati ? *niru narator*
yuk mulai dari sekuel pertama trilogi Linimassa, diprakarsai oleh Onno W Purbo, film yang mengangkat kehidupan sosial masyarakat pedesaan yang selama ini kita kira gagap teknologi dan ternyata berhasil mengubah pandangan orang mengenai hal itu. Di sekuel pertama ini kita disuguhi tentang penggunaan social media sebagai wadah kepedulian antar sesama manusia. Dibuka dengan background Yogyakarta, linimassa 1 menampilkan sosok tukang becak yang berhasil mendapatkan penumpang sekaligus menjadi tour guide bagi wisatawan asing melalui akun facebooknya. Bergeser sedikit dari Yogya ke solo, ada sosok kang Blontank Poer yang menggawangi berdirinya komunitas Bengawan Blogger. Apanya yang hebat ? dengan adanya media bengawan blogger inilah kang blontank beserta kawan-kawan berhasil merangkul kaum difabel untuk diajarkan mengenai desain grafis,internet dan tentu saja blogging. Tak melulu masalah buta teknologi, film ini juga menceritakan tentang kepedulian sosial yang digalang melalui media twitter,facebook dan blog. Ada Blood for life, Koin untuk Prita Mulyasari, serta dukungan untuk Bibit-Chandra untuk kepeduliannya terhadap korupsi. dengan adanya film dokumenter ini, mata kita seolah-olah dibuka dari kebutaan yang menganggap bahwa teknologi adalah momok menakutkan. Social media pun berhasil menjabati kedudukan aslinya untuk menghubungkan orang-orang yang jauh menjadi dekat serta menjadi perantara tertampungnya aspirasi jutaan masyarakat penggunanya.


Linimassa 2, dibuka dengan bagaimana media menyebar luaskan berita mengenai konflik ambon, yang ternyata kata orang ambon sana tak sekejam yang diberitakan oleh media.Satu hal yang membuat saya jatuh hati dengan film sekuel kedua ini, diiringi suara indah Glen Fredly dengan lagu Maluku Tanah Pusaka, film ini menyisipkan kutipan "Teknologi bisa menjadi berkah ataupun bencana". Melompat jauh dari Ambon ke Yogya, ada kampung cyber dengan 24 rumah dari 28 rumah yang memanfaatkan teknologi internet. Penguunaannya pun bermacam-macam ada yang digunakan untuk  membantu anak-anaknya yang kesulitan mengerjakan pekerjaan rumah, ada juga yang digunakan di poskamling desa sebagai mini warnet dengan bebas akses 24 jam dan adapula warga yang menggunakan kemampuannya menggunakan socmed dan blog untuk memasarkan batik buatannya. Setali tiga uang dengan warga kampung cyber Yogya, Desa Mandalamekar yang berada di pedalaman Tasikmalaya bertransformasi menjadi desa multimedia yang memiliki portal berita khusus seputar kampung.Selain portal berita, Mandalamekar juga memiliki radio komunitas yang digunakan untuk menyebarkan gerakan penghijauan.
Selain pejuang kampung internet adapula pejuang diskriminasi, Ayu Oktariani memotori gerakan ODHA (Orang Dengan HIV Aids) berhak sehat, melalui facebook,twitter dan blog ia memberikan edukasi tentang apa-apa saja yang perlu diketahui tentang HIV/Aids. Berhasrat sama dengan Ayu, ada Angkie Yustisia yang memperjuangkan hak-hak kaum penyandang disabilitas. Masih dari kaum perempuan hebat, ada Komunitas Emak-Emak Blogger yang mendobrak pandangan bahwa Ibu rumah tangga pun harus paham akan modernisasi teknologi.
Saya pernah bilang bahwa musuh utama teknologi adalah sumberdaya manusia yang belum memadai, namun tidak begitu dengan masyarakat Desa Karangbajo,Lombok yang mampu mendirikan dan mengoperasikan radio komunitas primadona FM. Dengan adanya primadona FM inipula, PAUD di desa tersebut melaporkan rusaknya bangunan sekolah.Selain sekolah, ada penjaga hutan sekaligus penjaga suplai air yang mendapat bantuan setelah mengunggah foto-foto rusaknya saluran air melalui komunitas primadona fm.

Dari wilayah pedalaman-pedalaman indonesia yang tak pernah tersorot lampu kamera inilah mereka-mereka yang peduli dan terpanggil melakukan hal-hal positif yang mampu merubah ketertinggalan masyarakat daerahnya. Komunitas-komunitas yang ada di Ambon pun tidak ingin lagi menguak hal apapun yang terkait dengan kerusuhan 11 september, jauh didalam lubuk hati mereka,mereka inginkan perdamaian.
Linimassa 1 & Linimassa 2 menyiarkan pesan dan menunjukkan "ini lho fungsi social media,ini lho cara kami menyatukan orang-orang yang peduli dengan masalah sosial dengan jejaring sosial". Dan dari mereka-mereka inilah harusnya para penggerak media sosial belajar bagaimana mengoptimalkan fungsi socmed itu sendiri.

Linimassa 3 yang sudah diputar sejak awal februari kemaren bakal bikin dunia socmed gempar, ni trailernya Terpenjara di udara, begitu slogannya.


Layaknya film dokumenter lainnya, dalam trilogi linimassa tergambar scene-scene yang tak biasa dan menjadi luar biasa karenanya. Namun yang bikin saya bertanya-tanya, apakah scene yang diambil pas di gubug primadona fm apakah sengaja digelapkan/ dengan lampu normal bukan lampu kamera ? karena di gubug itu ada daya tarik diskusi yang tidak direkayasa. overall film dokumenter ini bikin saya greget, kenapa di daerah saya nggak ada nobar, filmnya keren bro,sayang dah kalo nggak nonton.

Hai, saya Admin blog ini, Anto !

Jikalau tulisan saya bermanfaat monggo share it ! ^_^

Comments

12 komentar:

  1. Ini ada dijual ga dividi orinya? Kalo ada mau beli. Penapsaran

    BalasHapus
  2. cobak di cek ke pihak internet sehat om,,

    BalasHapus
  3. ane liat di youtube di akunnya intenet sehat

    BalasHapus
  4. Kang Farid : di website resmi linimassa dot org juga ada kang, linimassa 1 dan 2

    BalasHapus
  5. di youtube internet sehat malah udah ada yg linimassa 3 :D

    BalasHapus
  6. Untuk Kota Pontianak, Nobar di Rumah Mimpi Komplek Taman Gitananda Pontianak pada hari Sabtu, 1 Februari 2014 tetapi saya tidak hadir karena masih ada jadwal ngajar. penasaran pengen nonton hehehe...

    BalasHapus
  7. wiih padahal keren lho mbak,sayang kalo nggak nonton

    BalasHapus
  8. Sepertinya film dokumenter ini menarik banget untuk ditonton. Sayangnya saya belum pernah menontonnya. Sepertinya saya ketinggalan informasi ttg film ini.
    Salam kenal Mas...

    BalasHapus
  9. filmnya keren kang,inspiratif banget lah pokoknya

    BalasHapus
  10. bagus deh kalau udah nonton, itu nobarnya rame banget yak :D

    BalasHapus
  11. sekali nontong bikin merinding, inspiratif banget lah pokonya

    BalasHapus