#8thDays : Indonesian Franchise

Iseng, sehabis pulang kuliah tadi gue niat mau nyari makan, muter-muter pamulang gue nyari menu yang nggak dijual, dan pilihan gue jatuh ke warung angkringan yang anehnya masang lampu terang benderang, biasanya kan angkringan masang lampu kuning 5 watt. Begitu masuk, gue disuguhin menu mainstream angkringan, yap, nasi kucing,gorengan,sate keong,sate puyuh dan beberapa sate yang nggak gue cobain. Awalnya gue nggak terlalu mikir apakah rasa makanan yang dijual enak apa enggak,yang gue pikir, gue pengen nyobain makan di angkringan, seumur-umur belum pernah gue makan di tempat yang begitu kondang di tempat asalnya ini,Yogyakarta.

Insting laper menuntun gue buat ngambil 2 bungkus nasi kucing (note: lauknya bukan kucing meen,cuma teri ama tongkol), 2 tusuk sate puyuh,1 tusuk sate keong ditambah gorengan 2 biji. Puas ? belom meen, gue nambah 2 bungkus nasi ikan teri lagi pake lauk popcorn 2 biji gorengan, dan akhirnya gue puas menyantap makan malam.

Entah gara-gara abis makan di angkringan atau bukan, pikiran gue jadi ngelantur, gue mikir gimana jadinya kalo angkringan dikonsep dan dijadikan franchise seperti rumah makan yang telah menjamur memenuhi pilihan masyarakat. Yap, maksud gue, kalo KFC,McD, sampe AW yang nyediain makanan yang bikin eneg siap saji saja bisa membuka beberapa cabang hanya dalam satu kota, harusnya angkringan juga bisa dong menggunakan konsep ini ?

Konsep waralaba (franchise) bukan merupakan konsep yang baru,bahkan merupakan
suatu konsep bisnis yang cukup mempunyai sejarah yang panjang jauh ke belakang. Kata
franchise diambil dari bahasa Perancis yang artinya kejujuran, bebas, kebebesan, untuk
membebaskan (lihat definisi franchise).
Pada abad pertengahan, awal kemunculan franchising di Eropa ditandai oleh hubungan
antara para tuan tanah dan buruh atau budak-budak mereka. Para tuan tanah memberikan
hak kepada buruh atau budak untuk mengolah lahan, berburu, menjual hasilnya, atau
melakukan bisnis para tuan tanah di lahan tersebut.
Isaac M. Singer (1811-1875) menandai munculnya franchise di Amerika dengan bisnis
mesin jahitnya. Dia menggunakan franchise untuk menambah jangkauan distribusi
pasarnya dengan cepat. Format franchisenhya adalah dengan memberikan hak penjualan
mesin jahitnya dan tanggung jawab pelatihan kepada franchisee-nya. Wikipedia

KFC,McD dan AW adalah beberapa merk tersohor yang sudah membanjiri negeri ini dengan makanan siap saji dan konsep restoran mereka yang bersih dan higienis. Entah karena gengsi dan menaikkan prestige masyarakat di negara ini begitu gila dan bangga banget bisa makan di restoran-restoran Amerika ini. Jika dilakukan pembandingan antara masakan franchise dengan makanan yang dijajakan PKL mungkin mereka menang gengsi dan kebersihan, nah kalo yang dibandingkan kesegrana dan gizi makanan,apa mereka masih berkutik dengan makanan cepat sajinya ?

Miris memang nasib franchise lokal atau lebih enak gue sebut usaha makanan rumahan milik pribumi, tengok saja nasib angkringan, warteg,dan warung makan Padang, okelah pengecualian buat rumah makan padang, ada beberapa dari mereka yang berhasil menyulap usaha rumahan mereka menjadi tempat makan bergengsi dan bahkan mampu menyewa tempat strategis seperti di pusat perbelanjaan. Lalu apa yang membedakan antara rumah makan-rumah makan itu ? tentu konsep dan pengaturan keuangan.

Warteg, lihat saja usaha warung makan asal Tegal ini, meskipun telah banyak pelanggan mereka tidak pernah mematok harga resmi untuk makanan mereka,harga tergantung sang pelayan yang melayani. Sedangkan untuk warung padang dan franchise non-lokal mereka telah mematok harga sesuai yang ditentukan penanggungjawab restoran. Tentu saja penentuan harga jual mempengaruhi untung-ruginya penjualan.

Lagi, warung makan tegal cenderung membatasi produksi makanan mereka untuk mencegah makanan yang nantinya kurang menjual,sehingga tidak perlu mengeluarkan modal awal terlalu besar. Beda lagi dengan warung makan padang dan franchise Amerika itu, mereka cenderung berani memproduksi dengan jumlah yang banyak, toh kalaupun ada sisa bisa dimasukkan freezer atau bisa diolah ulang.

Selain warung makan, Indonesia memiliki franchise atau lebih tepatnya disebut UKM yang tengah berkembang dengan pesat. Banyak yang gue amati kalo gue lagi dijalan, salah satunya usaha-usaha kecil seperti Capuccino Cincau,Tahu Pedes, sampe tukang cilok yang gerobaknya seragam.

Gerobak capuccino cincau

Tahu Hot

gerobak Cilok
Gerobak-gerobak kayak di gambar bener-bener lagi menjamur di pamulang, utamanya capuccino cincau, puluhan gerobak menempatkan dirinya di pinggiran jalan, di ruko, ataupun nebeng di lahan alpa. Entahlah, meskipun belum mampu menyaingi eksistensi KFC,McD,Carefour dan franchise luar negeri setidaknya para pengusaha kecil Indonesia mulai bergeliat menyusun usaha mereka, dan tentu gerobak-gerobak itu membantu mengurangi jumlah pengangguran.

Sesungguhnya dalam gerobak-gerobak itu tersembunyi jiwa-jiwa pemberontak yang siap meledak,meledek keangkuhan tukang jualan ayam yang rasanya anyep itu. -Dadang, Tukang Tahu Pedes Pamulang-

Hai, saya Admin blog ini, Anto !

Jikalau tulisan saya bermanfaat monggo share it ! ^_^

Comments

3 komentar:

  1. Pemikiran yg berani. Di Jawa Pos kemarin dibahas ttg seseorang yg berhasil menyulap warkop yg notabene "remang2" jd setara dg kafe. Bhkan dia berhasil sukses di 3 kota besar.

    BalasHapus
  2. iya nih kang, berani sekaligus spekulasi, pasalnya banyak penggerak UKM di sekeliling saya yang kurang berani memajukan usahanya, hanya berjalan ditempat

    BalasHapus
  3. sebuah kemajuan jika menengok beberapa tahun ke belakang, memang harus diimbangi dengan inovasi untuk memperkuat daya saing.

    BalasHapus