#4thDays: Sosok Ibu di mata Saya

Special Request dari Iva Mairisti untuk hari keempat #21DaysWritingChallenge adalah cerita tentang Ibu saya.


Untuk memulai cerita ini jujur saja sudah membuat saya bingung mulai darimana harus bercerita tentang beberapa hal mengenai ibu saya. Sangat banyak kata yang bertebaran di kepala saya semenjak saya berencana menerbitkan tulisan ini.

Bagi saya ibu adalah sosok penyemangat sekaligus pembentuk kepribadian saya.
Bagi saya ibu adalah penggertak, menggertak ketika saya tak mampu bertanggungjawab.
Bagi saya ibu adalah pendobrak, mendobrak tembok kemalasan saya.
Bagi saya ibu adalah pengajar, mengajarkan yang mampu ia ajarkan, mengajar agar saya tidak menjadi kurang ajar, mengajarkan saya bahwa cita-cita harus dikejar.

Ibu saya adalah seorang wanita dusun yang berprofesi sebagai seorang petani,di usia yang hampir 42 tahun beliau masih aktif bekerja dan bertani. Sebagai seorang warga dusun,terkadang hasil dari ladang seperti kacang panjang,talas, kedelai,jagung hingga bawang merah tak lupa dibagi-bagi untuk tetangga dekat, namun tidak semua, adapula yang dijual ke warung. Selain mengurus ladang, terkadang ibu juga mencari rumput untuk 2 ekor sapi yang jadi tabungan di kandang.

Ibu saya adalah seorang yang bertipikal sangat disiplin, semenjak pertama kali memasuki dunia sekolah di tahun 1998 beliau selalu menyempatkan diri untuk membangunkan saya setiap kali adzan subuh telah berkumandang, dan itu jadi seperti sebuah peraturan bagi saya, dimana tidak boleh telat bangun lewat subuh. Selain masalah bangun pagi, disiplin juga diterapkan ibu saya ketika makan, kalo lagi makan nggak boleh ngomong titik, dan kebiasaan itu terbawa pula sampai sekarang, pernah beberapa kali ketika makan sambil ngomong walhasil lidah kegigit dan itu momen yang bikin pengen banting piring.
Selain masalah bangun tidur dan makan, sebenarnya ibu saya juga sangat disiplin untuk masalah belajar ketika saya masih sekolah. Pagi sekolah, siang istirahat (baca: main),sore ngaji, abis ngaji langsung belajar, pola itu berulang setiap harinya, begitu terus dan terus.

Selain disiplin, ibu saya adalah seorang yang sangat bawel, apalagi untuk hal-hal seperti sholat,puasa, ngaji. Pernah suatu kali ketika saya SMP, waktu itu adalah bulan puasa, dan sudah jadi kebiasaan buat saya dan teman-teman sebaya saya setiap selesai sahur langsung menghambur keluar rumah, tujuannya tentu saja 1.bakar petasan 2.JJS ,sampe akhirnya ketika sekitar setengah enam pagi saya pulang kerumah dan ditanya oleh ibu apakah sholat subuh atau enggak, dan dengan santainya saya keceplosan bilang enggak, dan berhasillah saya diceramahin sampe panas kuping saya.

Tak hanya disiplin dan bawel, ibu saya adalah orang yang telaten dan mungkin bisa saya bilang sangat telaten mengurus 2 anak laki-laki yang sama-sama bandelnya, yang kecil hobi ngambek,yang gede ceroboh. Telaten sekaligus mengarahkan, begitulah instingnya sebagai seorang ibu, ia arahkan saya ketika seusai lulus SMP untuk melanjutkan ke SMA, padahal kala itu saya ogah-ogahan untuk melanjutkan SMA, dan hasilnya saat ini saya bisa bercumbu dengan laptop ASUS X45C hanya untuk sekedar menuliskan jasa beliau.

Aah sudahlah, habis kata-kata saya untuk tulisan ini, tiba-tiba jadi kebayang raut wajah ibu ketika saya berangkat merantau untuk pertama kali, hampir, hampir pecah air matanya, tapi ia tahan, entah,entah karena tak ingin saya pergi atau entah karena terlalu banyak kenangan yang saya bawa menjauhinya.

Ketika air matamu jatuh, sesungguhnya itu bukan air matamu, itu air mataku, namun jatuhnya dari matamu. @donnnjuann

Hai, saya Admin blog ini, Anto !

Jikalau tulisan saya bermanfaat monggo share it ! ^_^

Comments

2 komentar: